Selasa, 02 Mei 2017

Introspeksi Politik "Lidah Tidak Bertulang"

Saya telah menjalani kehidupan Orde Baru dan Orde Reformasi. Refleksi pergantian Orde Lama yang Nasakom (Nasional, Agama dan Komunis) tidak bisa membawa kita ke negara yang sejahtera dan maju. Banyak terjadi perpecahan dan gesekan antar anak bangsa yang membuat kita tidak bisa melakukan pembangunan yang menyesejahterakan rakyat. Orde Baru melakukan koreksi total segala gesekan antar rakyat, antar partai dan kondisi politik di buat lebih tenang dan pembangunan di laksanakan dengan gencar dari Pelita ke Pelita yang lain berjalan dengan mulus. Hampir semua kekuatan anti Pemerintah di sikat habis dan kita merasa aman hidup di jaman itu dan pembangunan berjalan pesat. Di akhir Pelita ketika akan tinggal landas kekuatan KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) terjadi bahkan membuat sebagian rakyat merasa kekuatan ini banyak memakan/mengambil sumber daya alam yang harusnya di gunakan untuk mensejahterakan rakyat.
Kondisi rakyat memuncak sehingga timbul "People Power" yang meruntuhkan segala sendi Orde Baru yang telah di rasuki KKN dengan isu utama menumbangkan Orde Baru adalah "ANTI KKN". Orde Baru jatuh oleh sebagian rakyat telah dinyatakan dengan Bapak Presiden H.M. Soeharto berhenti dan memberikan ke Prof. B.J. Habibie untuk menggantikannya. Seperti kita lihat hiruk pikuk Orde Reformasi sebagai pengganti Orde baru di banggakan. Tahun demi tahun Orde Reformasi berjuang memulainya dengan membuat kondisi Politik dengan Multi Partai timbul lagi dan Azas Partai Yang dulunya harus Pancasila pun telah di ubah boleh berazaskan Islam. Politik berkembang pesat dan membuat Sistem Kedudukan MPR di ubah, DPD di hadirkan dan PILKADA, PILGUB, PILEG dan PILPRES di pilih langsung oleh rakyat...terlihat rakyat berdaulat penuh di negara kita. Dari proses perubahan ini terasa kita menjadi negara yang paling maju demokrasinya dari seluruh negara di dunia.
Apakah proses perubahan ini telah membawa rakyat hidup lebih baik dan sejahtera. Sementara ini kita belum bisa sesumbar mengatakan iya. Masalah buruh masih banyak, masalah kemiskinan masih tinggi dan pengangguran masih besar serta pendidikan rendah masyarakat menjadi momok dalam melakukan strategi pemenangan di pasar global. Pendidikan yang di rasa penting dengan di berikan 20% dari APBN di peruntukan untuk pendidikan belum dapat mengambil hasil yang optimum. Restorasi Meiji yang di laksanakan di Jepang dengan semangat dan konsekwen lewat pendidikan yang membuat Negara Sakura ini menjadi negara besar. Apakah kita yang telah mempunyai kesepakatan pendidikan itu penting dengan anggaran 20% APBN masih membuat banyak usia sekolah yang belum bisa mengeyam pendidikan. Jadi ada sesuatu yang membuat kita seperti terbelenggu atas inovasi, pemikiran kreatif sehingga kita masih belum bisa maju seperti negara-negar maju lainnya. Lewat hasil analisa sekelompok negara bahwa negara kita adalah negara yang akan menjadi negara maju bersama Korea Selatan membuat kita merasa bangga tetapi kondisi kita yang sekarang. Negara kita sekarang di genjot pembangunan infrakstrukur oleh Presiden H.Ir. Joko Widodo memang sangat membanggakan dan untuk menarik investor dengan semangat hubungan bilateral dan multilateral yang bebas dan aktif.
Tetapi kita sangat sedih sekali kondisi negara sekarang yang penyakit korupsi, kolusi dan nepotisme tampil lagi dengan mengerogoti keuangan negara triliunan rupiah tanpa bisa di bendung bahkan kelihatan semakin semarak lihatlah mega korupsi E-KTP dan BLBI. Maka seakan akan kita tertampar di Orde Reformasi isu utama KKN untuk meruntuhkan order baru justru terlihat sangat besar....itulah Indonesia..kita harus Instrospeksi diri...kita telah melakukan Politik Lidah Tidak Bertulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar