Inilah yang kita sebut jaman edan. Lihat di Indonesia orang kaya dan berkuasa justru melakuan korupsi ratusan bahkan triliunan rupiah tanpa malu. Mereka berperang opini dan tanpa malu melupakan rakyat yang masih sengsara....mulut-mulut berkicau di televisi mengumbar gagasan tanpa pernah menyentuh dasar masalah yang harus dapat di selesaiakan yang di tunggu rakyat yang masih berkekurangan. Ini justru di manfaatkan beradu rating (kita butuh pers damai) sehingga membuat situasi semakin jauh dari rasa sifat mulia yang hakiki rakyat Indonesia yang ramah-tamah, bergotong royong, guyup/rukun dan kemampuan menyelesaikan masalah dengan musyawarah dan mufakat yang menyejukan. Orang berkuasa menggunakan network orang miskin yang di organisasikan sebagai kekuatan penghancur yang menggunakan teknologi suara yang canggih yang mengumpul orang jahat masuk di aspek kehidupan untuk menyerang lawan kehidupan/politik/bisnisnya berkembang pesat tanpa malu-malu berdosa tiap hari dan banyak orang yang menggunakan kekuatan ini melanda ke seluruh rakyat, pengusaha, kaum berkuasa dan kaum yang mengingin kuasa dengan menghalalkan segala cara terutama sifat musrik dan syrik menggunakan kekuatan dukun/magic yang hitam ( lihat konflik non realistik oleh Lewis Coser ). Mereka menyebar permusuhan, adu-domba, gila hormat, teror, intimidasi, operasi serangan ke target-target yang di inginkan (lihat kasus Novel Bawesdan Penyidik KPK) meraja lela mengoyak kehidupan bangsa yang dahulu tenang, tentram, nyaman dan merasa kehidupan merdeka. Tingkat konflik jadi tinggi karena kita di hadiri manusia-manusia yang menghancurkan kekuatan bersilaturami karena setiap pertemuan dan percakapan selalui di mulai dengan teknik mengalahkan lawan bicara bahkan menyebut kartu mati agar secara komunikasi jadi mati. Bahkan anggapan terlalu picik dan sempit orang yang berambisi kotor menggunakan berat seseorang untuk mengalahkan musuh yang di lihat ringan beratnya ( kita sadar berat/gemuk adalah penyakit ). Perang menjadi liar tanpa medan dan suasana yang jelas yang penting golongan menang dan gerombolan merasa menang bisa memakan habis musuh jarahannya. Lihat LGBT yang semarak dan umum apalagi didukung HAM di bandingkan kisah Kaum Nabi Luth tentang kebangkitan kaum sodom yang di hancur-leburkan oleh Allah karena melakukan LGBT ini. Lihat gesekan yang terjadi di PILKADA DKI yang memanas dan saling merasa paling Bhinneka Tunggal Ika mereka tidak/belum bisa jadi suri tauladan yang baik bagi masyarakat Indonesia. Kita tahu jika ekstrim kanan meningkat maka ekstrim kiripun akan tampil pula ingat masa lalu yang meningkatnya kegiatan PKI 65 dan DI/TII. Hal ini yang menyebabkan kita sebagai masyarakat harus sangat hati-hati menyaring informasi ( terutama di media sosial yang penuh berita HOAX yang memberikan angin kebencian agar negara hancur) tidak perlu pongah ikut-ikutan kekuatan yang sekarang menjadi trend yang jauh dari kelakuan moral yang akhlakul kharimah. Memang jamannya telah jadi Jaman edan.
Lalu kalau kita berkaca dan teringat Raden Ngabehi Ronggowarsito tentang slogan bijak :
Saiki Jamane Jaman Edan Yen Ora Edan Ora keduman
Sak Bejo bejane wong kang lali luwih bejo kang eling lan waspodo.
Artinya :
Sekarang ini jaman edan kalau tidak ikut edan kita tidak dapat kebagian
Seuntung untungnya orang lupa lebih beruntung orang yang selalu/senatiasa ingat dan waspada.
Ini artinya kita yang kemungkinan akan menghadapi krisis multidimensi yang harusnya kita hindari dengan menumbuhkan sebanyak-banyaknya orang-orang yang cinta tanah air tanpa kepentingan-kepentingan sempit, para nasionalis, rakyat yang lurus dan polos dan pemimpin yang menjaga amanah dengan sifat Nabi Muhammad SAW yaitu tabligh yaitu menyampaikan secara utuh wahyu dari Allah melalui malaikat Jibril yang berarti pemimpin harus menyampaikan amanah kebenaran untuk keadilan dan kesejahteraan rakyat bukan sifat kitman yaitu menyembunyikan apa yang di berikan wahyu dari malaikat Jibril berarti pemimpin tidak boleh menyembunyikan amanah yang membawa kebenaran, hal ini berarti bisa membuat rakyat akan di buat terus menderita dan dapat di manfaatkan untuk golongan tertentu. Saya pernah berbincang-bincang dengan pengusaha dari etnis Tionghoa dan mengatakan mungkin butuh 2 generasi lagi untuk membuat kondisi Indonesia berubah menuju masyarakat yang beragam dan bersama-sama bahu membahu membuat Indonesia negara yang adil, makmur, sejahtera dan bermartabat....apa betul ohhh lama amat...lalu siapa yang paling bertanggung jawab jika negara lama berlarinya untuk tinggal landas menuju masyarakat yang adil dan makmur, merdeka secara hakiki dan bermartabat. Mungkin saatnya kita harus buktikan bahwa generasi kita bisa menjalani dengan cepat perubahan ke arah baik tercapai dengan "kesadaran nasional" seluruh lapisan rakyat. Jangan mau di buat sekelompok kekuatan kapital besar yang menjadi raja terselubung yang membuat Indonesia selalu jalan di tempat seperti tari poco-poco dari Manado. Bahkan Indonesia bisa di hilangkan melalui membuat Bhinneka Tunggal Ika lemah dan NKRI hilang pula karena terbelah kekuatan yang merong-rong selama ini tanpa kita sadari.
Bunyinya begini
"....... jamane jaman edan, sing ora edan ora bakal keduman. Nanging sak
bejo-bejone wong edan, isih luwih bejo wong kang eling lan waspodo
......" Dengan arti kira-kira : ........ akan datang saatnya jaman edan.
Orang yang tidak ikut edan-edanan tidak akan mendapatkan bagian. Namun
sebesar apapun untungnya orang edan, masih lebih untung orang yang
sadar dan waspada
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/edwin_dewayana/ramalan-joyoboyo-itu-terwujud-beberapa-tahun-terakhir_550d8635a33311b0142e3d49
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/edwin_dewayana/ramalan-joyoboyo-itu-terwujud-beberapa-tahun-terakhir_550d8635a33311b0142e3d49
Tidak ada komentar:
Posting Komentar