Minggu, 10 September 2017

Sabar, sabar

Rakyat kita belajar berdemokrasi dengan sistem yang kita setujui untuk kita lakukan dengan segala pendasaran yang kurang sempurna yaitu pendidikan rakyat masih rendah hampir 50% masih lulusan sekolah dasar gap pendapatan yang masih jauh (orang miskin masih di bawah 10%) membuat demokrasi masih berkurang memberikan hasil-hasil yang tidak sesuai harapan. Lihat tingginya biaya untuk memenangkan menjadi Bupati, Walikota, Gubernur,DPRD dan DPRD membuat para pejabat ini melakukan tindakan korupsi. Persaingan yang dahulu terjadi di kalangan atas berubah menjadi gesekan dan pepeperangan di tatanan akar rumput bahkan keluarga. Masih logis tidak karena pendasaran yang kurang seperti di atas menjadikan situasi yang kondusif teraniaya gara-gara masalah ketidakdewasaan kita berpolitik apalagi di tunggangi idiologi kiri dan kanan yang selalu ingin menggoyang Pancasila tidak pernah mati dan terus hadir lewat masyarakat yang sedang sakit jauh dari sifat kerukunan, gotong royong yang telah luntur dan timbulnya kekuatan materislistik yang hinggap di hati masyarakat.Hilangnya sifat panutan yang sempurna membuat kita saling curiga dan munculnya musangberbulu domba di mana-mana yang menebar fitnah, kebencian, ketidakrukunan, intimidasi (lihat kasus Novel Bawesdan penyidik KPK) membuat kota takut bertindak lurus. Apakah pemeo "jujur ajur" sudah terjadi di Indonesia atau pemeo di KPK "Jujur itu Hebat" masih bisa kita capai di dalam persaingan yang bengis saling memakan di level atas danlevel bawah terjadi. Mereka saling menghancurkan menggunakan network jahat yang siap membuat kita hancur tanpa Polisi dan Tentara bisa membantu..inikah taraf Indonesia sekarang sehingga kita butuh pemimpin yang berani menghabisinetwork jahat yang berserikat yang selalu membust situasi panas bahkan chaos di mana-mana disetiap pemilihan pemimpin kita. Sepertinya ada angin kecil tertiup di pikiran kita apakah PKI ambil situasi di persoalan ini.Lihat Presiden Ir.H.Joko Widodo dengan geram berkata Kalau PKI bangkit akan saya gebuk. Saya sangat senada dengan pendapat beliau melihat situasi sekarang ini. Lihat Saracen yang di tangkap dan saya rasa banyak Saracen Saracen yang belum tertangkap di level rakyat kecil sampai kalangan atas...apakah ini perang idiologi? Saya rasa BIN yang punya kajian yang lebih lengkap. Kita butuh pemimpin yang lengkap terkadang kita dapat pemimpin yang jujur dan bersih tetapi sepak terjangnya kurang berani dan kreatifitas serta inovasi rendah. Terkadang kreativitas dan inovasi tinggi berani, cepat bertindak, bersih tetapi sikap sekteriannya masih tinggi sehingga kita takut di injak jika berjaya. Ada yang bagus semua ternyata kena kasus korupsi. Kita Cari kenegarawan yang inovatif, jujur, berani dalam membela rakyat yang ingin merdeka hakiki dan sejahtera, tegas dan agama baik. Saya mulai sudah lihat di Presiden Ir.H.Joko Widodo dengan segala ketegasan, kebersihan, kesederhanaan dan turun ke bawah ketika menjalankan mega proyek mulai memberikan hati bersinar..walau network/mafia jahat bayaran yang terstruktur dan di biayai masih melenggang sombong di antara orang benar yang mengandalkan konstitusi untuk tetap ada. Ada pepatah sederhana siapa yang menanam benih akan memanen hasilnya. Jika benih padi yang di tanam yang di panen tetap padi. Atau karangan Soegiarso Soerojo Siapa Menabur Angin Akan Menuai Badai. Jadi kita sebagai warga negara yang baik yang hidup dengan gaji UMR yang hidup lurus terseok seok ingin tetap aman dalam bekerja dan dalam hidup betmasyarakat yang sehat di rumah dan tidak di injak kriminal kriminal kecil yang berserikat yang hidup materialistik pengrusak harta dan jiwa yang tidak takut dosa terstruktur, terkomando dan dengan teknologi penutup kriminal aman bertindak dan polisi sulit mencari bukti walau kita tahu yang jadi dalang lapangan tetapi kita tidak tahu dalang atasnya ... Apakah ini karena kemiskinan kok rapi terstruktur dengan teknologi modusnya atau idiologi yang sedang pongah mau bangkit ??? Sabar,Sabar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar