Sejak tahun 1999, di era
reformasi, Indonesia
mengikuti sistem desentralisasi (‘Otonomi Daerah’). Menurut konstitusi UU No.22
tahun 1999, UU No.25 tahun 1999 setiap daerah / kabupaten memiliki otonomi
sendiri untuk mengatasi masalah tersebut yang sudah diatur oleh hukum. Dari kondisi ini sering Pilkada menimbulkan konflik di masyarakat pemilihnya seperti mereka lupa demokrasi untuk keamanan bukan pertumpahan darah. Di sini di butuh pemimpin yang berdiri di semua kalangan yang kuat (Solidarity maker).
Setelah saya mencoba mengulas tentang kepemimpinan yang melayani dan kepemimpinan yang menghidupi, maka dalam buku"The
Decline of Constitutional Democracy (Feith 1962), Herbert Feith membuat dua
tipologi kepemimpinan dalam sejarah politik Indonesia, yakni solidarity maker
dan tipe administrator. Menurut Feith, dua tipologi ini menggambarkan pola dan
strategi kepemimpinan dalam mewujudkan visi politik tertentu.
Solidarity maker lebih mengedepankan strategi retorik guna mengumbar gelora dan penyatuan solidaritas dengan memainkan simbol-simbol identitas. Sedangkan administrator lebih mengedepankan kecakapan administratif guna kelancaran implimentasi visi dalam jejaring aparatus Negara.
Solidarity maker lebih mengedepankan strategi retorik guna mengumbar gelora dan penyatuan solidaritas dengan memainkan simbol-simbol identitas. Sedangkan administrator lebih mengedepankan kecakapan administratif guna kelancaran implimentasi visi dalam jejaring aparatus Negara.
Menurut anggota MPR Dr. Mohammad
Sohibul Iman (Humas), di Website MPR di tulis Selasa tgl. 13/03/2012 16:52 mengatakan Indonesia
membutuhkan pemimpin yang berkarakter solidarity maker "Seperti
Soekarno".
Dr.Sohibul Iman menjelaskan pemimpin dengan karakter solidarity maker mempunyai beberapa kriteria, di antaranya bisa menjadi contoh dan panutan.
Kriteria lain pemimpin dengan karakter solidarity maker adalah pertama, memiliki moralitas, yaitu kesalehan ritual, sosial, susila, dan personal.
Kedua, karakter personalitas yaitu decisive (tegas), risk taker, care, warm, humiliate (tidak mementingkan citra).
Ketiga, kriteria intelektual, yaitu visioner dan clear direction. "Jadi arahnya jelas mau dibawa kemana Indonesia tahun 2020, 2025.
Dr.Sohibul Iman menjelaskan pemimpin dengan karakter solidarity maker mempunyai beberapa kriteria, di antaranya bisa menjadi contoh dan panutan.
Kriteria lain pemimpin dengan karakter solidarity maker adalah pertama, memiliki moralitas, yaitu kesalehan ritual, sosial, susila, dan personal.
Kedua, karakter personalitas yaitu decisive (tegas), risk taker, care, warm, humiliate (tidak mementingkan citra).
Ketiga, kriteria intelektual, yaitu visioner dan clear direction. "Jadi arahnya jelas mau dibawa kemana Indonesia tahun 2020, 2025.
Keempat, kriteria sosiabilitas, yaitu menjadi promotor kohesi sosial dan modal
sosial. "Pemimpin menjadi perekat sosial dan pencipta modal sosial.
Kepemimpinan solidarity maker itu diperlukan untuk menghadapi globalisasi. Untuk memenangkan pertarungan globalisasi diperlukan kecerdikan.
Kepemimpinan solidarity maker itu diperlukan untuk menghadapi globalisasi. Untuk memenangkan pertarungan globalisasi diperlukan kecerdikan.
Yang menjadi permasalahan penulis dari mana kita mendapatkan "Kepemimpinan Solidarity" Apa dari :
Dari Pendidikan Lemhanas, Dari Partai, Dari Ormas Kepemudaan AMPI, PP, HMI, GMNI dll, Dari Ormas Etnis seperti FBR, Forkabi, Persatuan dari Kota-kota lain, dari Ormas Agama sepert FPI, MI, NU, Muhamadyah, Kristen, Katholik dll. Dari akademis seperti Pendidikan yang menelorkan Doktor bahkan Profesor. dll.
Kepemimpinan hadir ini di lahirkan atau bisa di buat. Apakah yang baik dari orang kaya karena mereka tidak kampungan dan tidak mudah terbelalak oleh uang atau baik dari orang miskin karena sering di injak-injak dan di permalukan sehingga kuat, berani dan tidak tahu malu. Atau mereka baiknya yang agamanya baik/benar karena mereka selalu Ingat Tuhannya maka negara akan mendapat keberkahan atau tidak beragama karena mereka bisa kuat berusaha menghalalkan segala cara. Atau baik mereka yang punya solidaritas kaum paranormal dan dukun yang bisa melihat masa depan dan dengan ilmunya bisa membuat orang menurut karena kalau tidak menurut akan di tenung.
Semua adalah belum bisa di lihat yang pasti pemimpin ini bisa hidup di semua kalangan dan memberikan tongkat derijen memadunya menjadi alunan musik yang indah.
Pemimpin yang sangat berani mengatakan benar adalah benar dan di jalankan dan mengatakan salah adalah salah dan dia menghindari kesalahan tersebut. Kepentingan adalah musuh utama yang selalu hadir, maka di benak Pemimpin Solidarity Maker hanya FOKUS pada rakyat yang di pimpin. Kekuatan network tanpa bentuk begitu kuat mereka menggerogoti kepemimpinan Solidarity maker dengan korupsi dan kolusi. Network ini akan melindungi oknum korup dan saling berbagi hasil korupsi dengan segala kekuatan "underground peoplenya" yang telah masuk di semua segi kehidupan. Network tanpa bentuk ini dan team underground people mereka butuh hidup dengan adanya konflik dan kebencian antar manusia (lihat proses radikalisasi dan anarkisme yang terjadi sekarang ini merupakan bukti konkretnya).
Mari kita berdoa agar di tampilkan pemimpin solidarity maker dan tidak perlu untuk mendapatkan "Pemimpin Solidarity Maker" melalui PERANG artinya ketika negara kita di serang dari negara lain maka pasti akan tampil Pemimpin Solidarity Maker yang memimpin kita bersatu padu tanpa syarat melawan negara yang menyerbu kita agar kita tidak terjajah.